Laman

Selasa, 19 Juni 2012

Sekelumit cita di negeri tanpa dosa



di sisi mana engkau akan bersila
terpekur menjaring puisi sang bijak
mentadaburi arti perkata dalam sajak
bekal diri pulang membawa berkat


di bilik depan, engkau tak berkenan
tersebab engkau bukanlah tuantuan
di sisi dalam, engkau pasti akan diam
tersebab tuturmu terlalu tajam
haruskah engkau berada di belakang
duduk bareng bersama pecundang

sarung dan pecimu tak bagusbagus amat
tetapi semangatmu patut di beri selamat
engkau ingin berdiri sejajar para aulia
merapikan dunia dengan katakata

sungguh mulia citamu, kawan
sayang negeri ini tak ada tempat gratisan
untuk manusiamanusia sejenismu
yang hanya pantas jadi pembantu

: di rumah sendiri

Minggu, 17 Juni 2012

Doa yang papa

rembulan mengintip di rerimbun awan, ketika malam tengah menua
sepasang telapak tangan menguntai doa di atas altar hitam nan kelam
tak ada kata yang terucap dari bibir mereka, hanya desir angin yang berhembus syahdu
malam hening membawa butiran-butiran embun, serupa linangan air mata dari dosa yang tak terkira
terbang mengangkasa menembus mega-mega menguak tabir, setiap butiran pecah
menjelma bunga hujan yang bermekaran, menjadikan malam semakin teredam menahan tangis
akhirnya,
rebahlah hujan berdentuman berjatuhan dalam isak yang menggelombang membasahi doa
tak ada kata yang terucap, doa kembali senyap terntunduk malu menyadari diri begitu hina dan papa.

Engkau yang papa

maafkan aku
hanya bisa mentapmu dalam pilu
meramu untaian doa-doa kelu
terpasung jarak, ruang dan waktu

seharusnya aku ada di sisimu
mendekapmu dengan segenap kasih ibu
hingga tak ada lagi tatapan sendu
yang memacahkan langit hariku

duhai engkau yang papa
sebatas teori aku kuasai cinta
engkaulah pintu surga dunia
menuju rumah para nabi dan syuhada

hanya sekedarnya kuberikan cinta
bukan karena apa, tetapi beginilah nyatanya

kutuklah aku
makilah sesukamu
biar aku lebur dalam hujan semu
dan tak ada lagi cinta palsu

Kamis, 31 Mei 2012

Maafkan aku

masih seperti kemarin aku berdiri di antara tunas-tunas bambu
adakah semua akan tumbuh subur dan menopang langit?
langit pun menggeleng, hanya beberapa diantara mereka yang mampu menopang langit
hanya bambu yang terawat dengan baik dan tumbuh lurus yang bisa menopang langit, kata langit
aku mengangguk sambil melepas pandangan menatap satu-persatu tunas-tunas bambu
maafkan keterbatasanku yang hanya bisa merawatmu menjadi bambu muda, selanjutnya terserah anda, ujarku lirih.

Haus

menata doa berjajar di pelataran senja
satu persatu aku bungkus dengan tulus
tak pernah genap doa berjajar
saat mulai menghitung
selalu dan selalu saja ada yang kurang
kembali aku mulai dari awal

sementara senja terus berlalu

memburu matahari yang semakin tenggelam
tetapi aku tak akan pernah terburu
sebab senja pasti akan datang di lain waktu
dan aku kembali menata doa yang tak pernah genap
hingga matahari terbenam, gelap.